Monday, 14 January 2013

Pembentukan Apersepsi


Apa kekuatan sekolah yang ditulang punggungi oleh pakar-pakar metode pembelajaran yang manusiawi? Inilah yang membedakan sekolah Anda dengan sekolah yang diminati banyak anak. Hidden methode ini menentukan sustainable (kelestarian) sekolah Anda.
Bukan soal fisik dan program serta fasilitas. Melainkan sudah bergerak pada tatanan proses yang makin lama makin dipahami orang tua dan masyarakat sebagai sebuah proses belajar yang memanusiakan anak.

Menurut pa Munif Chatib, penulis buku “Sekolahnya Manusia”, inilah yang akan menentukan pembelajaran bisa berlangsung kompak.

Pertama adalah ALFA ZONE
.
Setelah bertatap muka dengan siswa, mulailah menuju kondisi awal yang menyenangkan. Kesiapan paling untuk memasukkan fakta dan informasi. Dalam keadaan ini, pergerakan dendrite otak sudah harmonis.

Jika divisualkan, gerakannya akan bersama-sama saat mengambil info. Berbeda dengan kondisi teta, di mana anak tampak melamun membayangkan sesuatu, dan bahkan bisa masuk ke kondisi delta, tertidur lelap saat guru menerangkan, kondisi alfa mudah dikenali. Jika sudah tampak senyum mengembang di bibir siswa, dan mata berbinar, saat itulah kondisi alfa sudah on.

Cara Masuk Ke Alfa Zone

Dari penjelasan tentang gelombang otak, zona alfa adalah kondisi terbaik untuk siswa. Jika Anda sedang mengajar, kemudian menjumpai siswa Anda sedang marah, stress, mengobrol dengan teman-temannya, atau sedang focus mengajarkan sesuatu yang lain, sebaiknya Anda jangan meneruskan proses mengajar.

Percuma saja sebab mereka masih berada dalam kondisi beta. Jika siswa Anda melamun, lalu mengantuk, apalagi tertidur, hentikan proses mengajar Anda sebab percuma juga karena siswa Anda sedang dalam kondisi teta atau bahkan delta. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Anda harus sekuat tenaga mengembalikan mereka ke zona alfa dengan cara memberikan stimulus khusus.

Stimulus khusus pada awal belajar  yang bertujuan meraih perhatian dari para siswa adalah apersepsi. Artinya, zona alfa merupakan kondisi sangat ampuh untuk melakukan apersepsi dalam proses pembelajaran.

Pada sebuah pelatihan guru, saya pernah ditanya, bagaimana cara cepat untuk mengetahui bahwa siswa-siswa kita sudah masuk dalam zona alfa. Saya jawab, buat mereka tidak masuk ke zona beta, teta, dan delta. Kondisi alfa adalah kondisi yang relaks dan menyenangkan.

Jadi, tanda-tanda siswa Anda sudah masuk ke zona alfa adalah jika hati mereka senang, yang ditandai dengan rona wajah yang ceria, tersenyum, bahkan tertawa.

Zona alfa tidak saja berlaku pada awal pembelajaran, juga berlaku pada saat sebuah proses belajar berlangsung hingga kita melihat banyak siswanya sudah keluar dari zona alfa tersebut. Jika ini terjadi, guru harus dapat menggunakan aktivitas-aktivitas zona alfa untuk meraih perhatian siswa kembali.
Ada empat cara yang dapat membawa siswa kita kondisi zona gelombang alfa, yaitu ice breking, fun story, musik, dan brain gym.

Otak normalnya beroperasi pada frekuensi yang berbeda-beda, tergantung kepada aktifitas yang sedang kita kerjakan. Frekuensi ini dibagi kedalam 4 kelompok gelombang otak:

  1. Gelombang Beta (13-40 Hz) berhubungan dengan konsenstrasi penuh
  2. Gelombang Alpha (7-12 Hz) berhubungan dengan relaksasi dan gerbang awal kreatifitas
  3. Gelombang Theta (4-7 Hz) berhubungan dengan twilight state yang biasanya kita alami pada saat kita hampir tertidur dan berhubungan juga intuisi dan kreatifitas.
  4.  Gelombang Delta (0-4 Hz) berhubungan dengan tidur lelap.

Saat kita memperlambat pola gelombang otak dari beta menuju alpha kemudian theta lalu delta, terjadi peningkatan keseimbangan atau sinkronisasi antara kedua belahan otak. Ilmuwan memperhatikan bahwa pola gelombang otak yang lebih lambat ini berkaitan dengan intuisi, pemikiran kreatif, euforia, fokus yang tajam, dan peningkatan kemampuan belajar.

Pikiran Manusia
Kita memiliki 2 jenis pikiran, pikiran sadar dan pikiran bawah sadar yang sebenarnya merupakan suatu kesatuan. Kedua pikiran ini saling bekomunikasi dan bekerja dalam waktu bersamaan, secara paralel.

Menciptakan alfa zone didapat melalui kegiatan games, cerita lucu, tebak-tebakan, musik, brain gym, dan serangkaian ice breaking lainnya yang tak harus ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Tak perlu semua ada. Salah satu saja. Mengingat pentingnya pengkondisian alfa yang diibaratkan seperti peluru, buatlah katalog ice breaking. Targetnya adalah siswa bisa ber ha..ha..ha… ..

Pilar ke-dua adalah WARMER.
Menghangatkan ingatan yang sudah lalu. Jika pertemuan itu bukan yang pertama, warmer dimaksukan sebagai pembentuk pengetahuan konstruktivisme, yakni membangun makna baru berdasar pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.

Guru me-recall dengan pertanyaan terbuka. “Bagaimana pendapatmu tentang pohon bambu dan pohon kelapa, yang keduanya adalah tanaman yang banyak ditemui di Indonesia. Apa saja kegunaannya?”

Pilar ke-tiga adalah PRE TEACH
.
Ini yang sering dilupakan oleh Guru. Jangan heran kalau kondisi kelas kusut masai dan siswa tak terkondisi. Pre teach ini memberi informasi secara manual, bagaimana aturan diberlakukan.

Terlebih pada mata pelajaran sains atau percobaan yang menggunakan alat, pre teach mutlak dilakukan, agar tak terjadi cedera atau kesalahan prosedur.

Pilar ke-empat adalah SCENE SETTING.
Kondisi inilah yang paling dekat dengan strategi. Sering pula disebut sebagai hook atau pengait menuju mata pelajaran inti. Contoh: meminta siswa membandingkan benda pilihan dari tas nya, dan berjajar sesui berat benda, adalah scene setting menuju pelajaran matematika ‘berat ringan’.

Seberapa penting pembentukan apersepsi ini? Menurut Pak Munif, jika tak dilakukan, proses belajar jelas tak maksimal, dan akan terjadi down shifting pada otak anak, karena tak di refresh.

Sadarkah Anda, jika berada di ruangan yang penuh dengan visualisai artistik, di gallery misalnya. Apa yang anda rasakan? Saat itulah sesungguhnya otak reptile anda dipuaskan oleh suasana, yang akan menembus 100% kekuatan otak. Luar biasa kan kalau ini diaplikasikan di kelas?

Pelajari terus menerus cara belajar yang kini makin banyak referensi dan pakarnya. Break the lesson ala Bu Dr. Eva Hoffman juga seru. Intinya adalah mengendalikan fokus siswa agar tetap pada pokok materi ajar, dengan keadaan yang nyaman. Anda tahu siapa orang yang paling ahli melakukan break the lesson? Itulah si Tukul dalam acara ‘Bukan 4 Mata’, yang mengikat fokus penonton dengan kalimat “Kembali ke laptop, kaya kuek”, dan fokus penonton pun kembali ke inti persoalan.